Dampak Kenaikan BBM Terhadap Produksi Papan Bunga Di Lampung

Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mulai mengeluhkan kenaikan harga BBM. Apalagi kenaikan harga BBM yang mencapai 30 persen, berdampak pada harga bahan pokok yang mahal, sehingga dikhawatirkan produksi UMKM banyak terhenti.

Jangankan sekarang BBM naik, sebelumnya saat pandemi Covid-19 melanda sudah banyak yang tidak berjualan karena produksi terhenti. Apalagi sekarang tentu akan menambah pengangguran. Akibatnya kemiskinan semakin meningkat, hal ini juga sangat dirasakan oleh pelaku UMKM Bunga Papan /Karangan Bunga Di Lampung. Kenaikan BBM ini langsung berpengaruh pada biaya kirim yang awalnya sehari hanya memerlukan Rp 250.000 untuk sehari oprasional sekarang harus mengeluarkan biaya oprasional Rp. 350.000 an, hal lain yang menjadi tambahan beban adalah harga pokok seperti bunga suyok, bunga fresh dan artificial ikut naik sebesar 20-30%, hal ini sangat menyulitkan produsen apabila tetap menjual dengan harga standar yang sudah berlaku di khalayak umum. Mau tidak mau sanggar bunga akhirnya menaikan harga yang sekiranya bisa menutupi kekurangan biaya produksinya. Terdapat kesepakatan yang dibentuk bersama ada kenaikan sekitar Rp. 25.000 (minimum) untuk tiap papan bunganya, hal ini langsung berdampak pada anjloknya daya beli masyarakat terhadap keinginan membeli papan bunga. Namun ibarat buah simalakama, apabila produsen dalam hal ini sanggar tidak menaikan harga jual maka kerugian sudah pasti ada didepan mata dan membuka peluang kebangkrutan yang akan berdampak pada PHK pekerja-pekerja kreatif perangkai bunga. Sangat disayangkan apabila hal tersebut benar terjadi, kami pelaku usaha karangan bunga memiliki harapan yang besar terhadap pemerintah untuk mejaga kesetabilan ekonomi sehingga walau BBM naik daya beli masih bisa dipertahankan. Besar harapan kami pemerintah memperhatikan hal ini untuk berputarnya terus roda perekonomian khususnya UMKM yang sangat menyerap angka penganguran.